
Oleh: Pradi Khusufi Syamsu (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Pesantren berperan besar dalam mencerdaskan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Keberhasilan pesantren dalam meningkatkan kualitas kecerdasan masyarakat muslim Indonesia melalui kreatifitas guru dalam memanfaatkan beragam metode yang unik dan mutakhir dalam proses pembelajaran. Terlebih guru dalam proses pembelajaran, dituntut untuk dapat menciptakan dan memanfaatkan beragam metode agar pembelajaran tidak monoton dan membosankan bagi santri.
Ungkapan at-thariqah ahammu min al-maddah atau metode lebih penting dari materi sangat populer di pesantren. Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran sesuatu yang utama dan menjadi bagian dari sistem pengajaran di pesantren, sehingga berefek pada keberhasilan pesantren dalam meneguhkan eksistensinya di bumi Nusantara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa materi sebaik apapun yang disampaikan, jika metode yang dipilih benar lagi tepat, maka akan dapat diterima para santri secara optimal. Sementara materi yang telah dipersiapkan dengan matang, akan menjadi hampa, tanpa penggunaan metode yang baik lagi tepat. Sehingga wajar jika pesantren memiliki beragam metode dalam menerapkan pengajarannya baik metode-metode tradisional maupun modern.
Metode-metode Tradisional
Pesantren dengan ruh, tradisi, dan kehidupan berasrama dengan kiai sebagai tokoh utamanya dan masjid sebagai pusat lembaganya, merupakan suatu sistem pendidikan yang tersendiri dan mempunyai corak khusus yang tidak dimiliki oleh sistem pendidikan non pesantren. Adapun metode pembelajaran yang dipakai hampir di seluruh pesantren antara lain wetonan, sorogan, bandongan atau wetonan, dan lalaran.
Metode wetonan adalah metode pembelajaran yang pengaplikasiannya berbentuk pembelajaran tatap muka antara kiai sebagai pusat belajar dan santri sebagai objek pembelajarannya. Metode ini metode ini disebut juga istilah bandongan atau halaqah. Adapun metode sorogan ialah santri menghadap kyai satu persatu secara personal, dengan membawa kitab masing-masing. Kiai membacakan pelajaran, menterjemahkan, dan menerangkan maksudnya. Sementara santri menyimak dan mengesahkan, kemudian mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh kyai dalam ketab yang dibawanya. Istilah sorogan ini berasal dari kata sorog yang berarti menyodorkan kitabnya di hadapan kiai. Kedua metode ini tidak ada pengulangan pelajaran ataupun pertanyaan yang diajukan oleh kedua belah pihak, di mana setiap pelajaran dimulai dengan bab yang baru.
Metode lalaran, meski tidak sepopuler bandongan dan sorogan, juga salah satu metode primer di pesantren. Metode lalaran seringkali digunakan dan diterapkan pada pengajaran kitab-kitab klasik di pesantren. Metode lalaran menjadi metode yang tepat dalam pengajaran materi-materi ajar pesantren yang berbentuk syi’ir dan nazham. Metode ini mendorong santri belajar dengan cara seni melalui nada nyanyian yang terus diulang-ulang pada setiap kesempatan dengan lantunan yang lembut dan indah.
Metode-metode Modern
Sejatinya pesantren tidak hanya menerapkan metode-metode klasik atau tradisional dalam pembelajannya. Jika ditilik lebih jauh, pesantren memanfaatkan metode pembelajaran modern yang aktual dan dinamis. Metode pembelajaran modern adalah metode dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terbarukan guna meningkatkan daya pikir dan daya kretifitas santri. Beberapa metode pembelajaran modern yang dapat mendorong santri lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran antara lain: metode pembelajaran berbasis masalah dan penemuan (bahtsul masa’il), metode pembelajaran berbasis video dan multimedia, dan metode pembelajaran berbasis teknologi.
Penerapan metode pembelajaran modern, guru dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih personal, efektif, dan menarik kepada para santrinya. Selain itu, metode pembelajaran modern, dapat membantu guru menerapkan taksonomi bloom dan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam lingkungan pembelajaran. Untuk menjamin guru memberikan pendidikan terbaik kepada santri seiring dengan berkembangnya teknologi, mereka harus selalu mengikuti perkembangan alat dan teknik pengajaran terbaru. Sehingga, dapat membantu mempersiapkan santri yang cakap dan kompeten di era digital dengan menerapkan teknik pengajaran kontemporer dan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Metode modern dalam pembelajaran di pesantren mendorong para guru untuk mampu menguasai teknologi yang akan mereka pakai dalam aktivitas pembelajarannya. Guru harus mengevaluasi serta memanfaatkan data agar bisa mengatasi kesenjangan yang terjadi pada hasil belajar para santri. Meski demikian, metode ini hadir dengan banyak manfaat yang bisa dirasakan bukan hanya oleh guru melainkan juga para santri di pesantren. Perlu dicatat, metode ini juga harus didukung oleh fasilitas pesantren. Dengan begitu, pembelajaran akan berlangsung efektif dan santi mampu mencapai tujuan belajarnya.
Konvergensi
Tidak dapat dipungkiri bahwa metode pembelajaran memiliki andil dan menjadi faktor dalam keberhasilan pembelajaran. Sebagaimana adagium yang sangat popular mengatakan -thariqah ahammu min al-madah bahwa metode lebih penting daripada materi. Sebab, tanpa metode yang jitu materi ajar atau pelajaran tidak akan tersampaikan dengan baik, bahkan tidak jarang menghantarkan mereka kepada kebingungan. Namun demikian, sejatinya tidak ada metode yang paling unggul. Oleh karena itu, metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran di pesantren.
Ada empat syarat dalam pemilihan metode yang efektif dalam pembelajaran. Pertama, metode harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan; kedua, metode harus sesuai dengan tema yang akan diajarkan; ketiga, metode yang digunakan diyakini dapat memberikan motivasi belajar santri dan menciptakan kondisi belajar santri yang produktif; dan keempat, metode yang diterapkan seyogyanya dapat mengakomodir beragam perbedaan individual santri. Baik metode tradisional dan modern, keduanya dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau ditargetkan oleh pesantren. Apalagi setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan antara satu dengan lainnya. Pemanfaatan beragam metode menutup kekurangan dari tiap metode dan memberikan kebebasan guru dalam mengkreasikan metode pembelajaran dalam pembelajaran di pesantren.