November 17, 2025
Serentaun ke-658 di Kasepuhan Gelar Alam: Tradisi Syukur Panen yang Terus Hidup di Tengah Modernisasi

Ribuan masyarakat adat dan wisatawan memadati Kampung Adat Kasepuhan Gelar Alam, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, pada 2 hingga 5 Oktober 2025 untuk mengikuti perayaan Serentaun ke-658, sebuah tradisi turun-temurun sebagai ungkapan syukur atas hasil panen padi. Upacara adat yang telah berlangsung sejak tahun 1368 ini menjadi salah satu perayaan budaya terbesar di Tatar Sunda dan bukti nyata keteguhan masyarakat adat dalam merawat warisan leluhur.

Bagi masyarakat Kasepuhan Gelar Alam, padi bukan sekadar bahan pangan, melainkan simbol kehidupan. Filosofi ini diwujudkan melalui tradisi menyimpan sebagian hasil panen di leuit (lumbung padi), yang menjamin ketahanan pangan desa hingga bertahun-tahun. Bahkan, sebagian padi yang tersimpan di leuit diketahui telah berusia puluhan hingga ratusan tahun. Dalam adat mereka, beras tidak boleh diperjualbelikan karena dianggap sama dengan menjual kehidupan.

Meski memegang teguh adat, masyarakat Kasepuhan Gelar Alam tetap terbuka terhadap perkembangan zaman. Kini, kawasan adat tersebut telah dilengkapi jaringan internet dan akses informasi digital, memudahkan komunikasi dengan dunia luar tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisi.

Perayaan tahun ini juga dihadiri berbagai komunitas dan tokoh masyarakat, di antaranya Fananie Center, Queena Travel, Aodya Pala Indonesia Art Center, serta Wonderful Visit Indonesia. Beberapa di antaranya Dr. Muhammad Ismail (Mbah Mail), Ustadz Tavip Ahmad Budiman (Yai Tavip) Habib RDM (Habib Dhonus) Habib Yan (Tim Medis Tibbunabawi) Kak Kusna Sanjaya (Pelukis Nu Agung) dan Mayor Teddy (Kang Dekan). Rombongan yang dipimpin oleh Habib Dhonus dari komunitas Pajero Sport Adventure Indonesia turut serta dalam perjalanan budaya ini, bergabung dengan komunitas petualang lain seperti Indonesia Overland, Ves Community, dan Fortuner Community.

Suasana perayaan semakin semarak dengan penampilan berbagai kesenian tradisional seperti wayang golek, calung, dog-dog lojor, seni jipeng, dan debus. Para pengunjung juga disambut hangat oleh Mamah Dedeh, istri Abah Ugie selaku Kepala Adat Kasepuhan Gelar Alam Banten Kidul.

“Serentaun bukan sekadar pesta adat, tetapi pengingat agar manusia selalu menjaga dan bersahabat dengan alam,” ujar Abah Ugie dalam sambutannya. Menurutnya, melestarikan alam berarti menjaga kehidupan untuk generasi mendatang.

Dengan semangat kebersamaan, spiritualitas, dan pelestarian budaya, Serentaun Kasepuhan Gelar Alam terus menjadi magnet budaya yang menarik wisatawan, peneliti, dan budayawan dari berbagai daerah maupun luar negeri membuktikan bahwa kearifan lokal tetap hidup di tengah arus modernisasi. [Teddi Khumaedi]

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *